25 March 2009

Palèrènan III : Gusti Yesus Dhawah

Para serdadu Romawi sibuk membuka jalan bagi Yesus yang sedang memanggul salib. Semua suara bercampur menjadi satu, riuh rendah penuh kegaduhan. Dari yang menghujat: suruhan dan simpatisan kaum Farisi, tua adat Saduki, massa yang telah terprovokatif, serdadu Romawi; hingga yang mendukung dan memberi support: orang-orang yang pernah disembuhkan Yesus, para muridNya, saudara sesama peziarah dari Galilea, para pelacur dan penjahat, para pemungut cukai, orang kebanyakan yang pernah merasakan dicintai dan dikasihi olehNya.

Sedari rumah Pontius Pilatus, perarakan Yesus berlanjut ke arah barat, menyusuri lorong sempit beralaskan jalan bebatuan yang telah ada di sana sejak masa Salomon. "Pembohong..!! Kalau kau memang anak Tuhan, buktikan..!!!" Para penghujat tak henti berseru. "Panggil laskar malaikatmu..!!"

Para serdadu semakin tak sabar, ingin segera mengakhiri prosesi tersebut, mereka berteriak-teriak, menghunus pedang sambil mengayun-ayunkannya agar massa memberi jalan menuju bukit Golgotha. Salah satu serdadu dengan mudahnya menendang Yesus, dengan maksud memaksa agar mempercepat jalannya. "Ya Tuhan.. jangan kau tendang Dia. Andai kau mengalaminya..", sambil terisak beberapa wanita, teman seperjalanan Maria Bunda Yesus memohon pada serdadu itu.



Karena lelah disiksa , Yesus sempoyongan dan terjatuh.. Satu tendangan serdadu di kaki Yesus semakin melemahkan tubuh Yesus. Lutut lemah Yesus, terpaksa harus menerima beban tubuhNya, menghujam jalanan batu.Kesakitan tersebut adalah kesempatan bagiNya, mengambil napas dalam-dalam, menyeka keringat dan darah di wajahNya, menelan ludah bercampur darah, sebagai penyegar ragawi.

Dalam satu hentakan, Yesus kembali berdiri. Meneruskan tugas perutusanNya.

------------
NotaBene:
Photo taken by Hanan Isachar/CORBIS

No comments:

Post a Comment