31 December 2008

New Year ; Tahun Baru

Betapa kita sangat mengagungkan malam tahun baru, yang jatuh pada malam ini; 31 Desember 2008, menuju tahun 2009.

Kenapa harus special.?? Dalam kurun satu tahun kita merayakan banyak "tahun baru"; tahun baru Hijriah, tahun baru Gregorian (yang dipakai oleh Indonesia dan banyak negara di dunia), tahun baru Imlek (yang "Gong Xi Fat Choy"), tahun baru Saka, dan banyak tahun baru lainnya..

Jadi ingat temanku, Chef Adzan Budiman (specialis pre-opening & consultan restoran-restoran ternama) "kenapa gw selalu benci tanggal 1 Januari, sementara yang lain sedang tidur..." Sebuah respon reaktif pun terlayangkan ke status beliau di FaceBook.com olehku, "kok sama ya, Bang.."

Setiap jam, disegala penjuru dunia memeriahkannya; Indonesia hingga tiga kali; Waktu Indonesia Timur, Waktu Indonesia Tengah & waktu Indonesia Barat. Hingar bingar hingga bubar, sebuah euforia kesenangan yang semu, karena besok masih harus kerja lagi, berjuang lagi, dan mungkin bagi beberapa shio tertentu justru membawa kesialan..

Malam dimana kita lebih "dekat" dengan Sang Pencipta..
Malam yang akan menghasilkan berjuta resolusi dan janji pada diri sendiri..
Malam yang tak beda dengan malam-malam lainnya..

Selamat Tahun Baru, semoga Tuhan YME memberkati kita sekalian..

Bunda Wikan : Sahabat Setia


Kala kau kedipkan matamu, banyak yang salah kira
Merayu, menggoda..

Doe, a female dear..
Ray, a drop of golden sun..
Me, a name I call myself..

Lincah kau bergaya, meskipun tanpa suara

Sendangsono..
Untaian rosario itu tak lepas dari genggamanmu
Mendaraskan doa tak henti
Apakah sama pintamu?
Mungkinkah itu?
Kebetulankah?

"Farano.. would you..??"
Aku tahu maksudmu..
"Off course, I would.."
Meluncurlah kita ke Sengkan, Kentungan
Satu awal dari berjuta kisah yang tak berkesudahan

Tertahanku kini, dalam buaian kasihmu
Mabuk akan belai manjamu
Hingga tak usai waktu terasa

Aku bangga melayanimu meski tanpa hadiah melimpah
Aku bahagia kau menjadi Ibu dari anakku
Buah kasih kita, Bhré Sukma Jayanagari

Mama Rosa : Pendoa Setia

Kasih Ibu... kepada beta...
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi... tak harap kembali...
bagai sang surya menyinari dunia

4 September 1944. Kebahagiaan pasangan Kembi Moniaga & Altje Sigar lengkaplah sudah. Satu anak lelaki; Fransisco Moniaga, dan kini anak perempuan; Maria Paulina Rosalina Moniaga. (nama terlengkap di dunia menurut produser telenovela..) Masih ditambah seorang puteri; Theresia Tekla Moniaga.
Besar dari keluarga yang cukup mapan, lengkap dengan trah yang sangat kuat. Terlebih lagi didikan ayah Kembi yang keras (maklum, guru jaman Belanda & Jepang) dan penuh disiplin, menjadikan sosok Roos (begitu beliau menamai diri sendiri; kami menyapanya Mama Rosa) sebagai perempuan tahan yang banting.
Legio Mariae, Pramuka, kesenian daerah, segala aktivitas yang positif beliau ikuti. Konon, hingga lupa rumah khabarnya.


Kini, ibu dua anak ini (Agustinus Farano Gunawan & Bernadeth Kartikajala), meski tanpa ditemani lagi oleh suami tercinta (FX Sri Waluyo Djati, RIP 22 Aug.'99) tetap semangat menghadapi hidup. Tanpa banyak cakap, Mama setia mengawal keluarga kami melalui banyak cobaan, sedari Manado, Dobo di Maluku Tenggara, Parigi di Sulawesi Tengah, Surabaya & Kediri, hingga Yogyakarta, kota beliau bermukim kini.

Selain sebagai aktifis di gereja Katolik Kemetiran, Yogyakarta; Penginjilan, Kharismatik, Kelompok Adorasi, Legio Mariae, Pro-Diakon; juga terlibat secara langsung sebagai aktifis PKK di kelurahan Tegalrejo. "Biar joh, ndak usah mo baku repot iko-iko di propinsi. Dorang orang kampung yang lébé perlu pa kita ..", salah satu alasan beliau mengapa dengan setia melayani para tetangga.

Mama Rosa selalu berusaha berkeringat, "Biar tua maar sehat toh..?!" ujar Mama sambil menyiangi ratusan tanaman di pelataran depan rumah. Mama, tak ada yang mampu menyaingimu.

30 December 2008

mBah Sastrowiryo, Sang Perkasa

Kasih Ibu... kepada beta...
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi... tak harap kembali...
bagai sang surya menyinari dunia


Tak banyak yang bisa kuceritakan disini.. Sedikit sekali data yang akurat, tentang beliau. Setahuku menurut para tetua kampung (dusun Kembar, desa Tegalrejo, kecamatan Banyu Urip, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah) beliau sudah berumur 100 tahun..!!

Umur 12 tahun telah menjalani kehidupan suami-isteri.. (jadi inget Syeh Pudji..he..he..he..), kemudian diboyong ke Sumatera (entah Sumatera bagian mana..) pada usia remaja. Beliau sepertinya menikmati masa remaja yang ceria, terbukti, mBah Sastro (begitu kami menyapa beliau..) lebih menguasai joged serampang duabelas daripada sendratari Jawa.

Menjalani kehidupan dengan berganti-ganti suami, suami pertama meninggal (tak ada khabar..), suami kedua juga meninggal (tanpa ada anak..), suami ketiga (Wagimin Sastrowiryo, masih keturunan Paku Alam V) menurunkan empat anak; Haji Mangudi Setiono (pak haji "Terowongan Minna"; one of the survivors), Soewardi (mantan kepala kantor wilayah tata kota, sekarang petani), FX Sri Waluyo Djati (bapakku tercinta, berjuta kasih telah dilimpahkannya kepada kami sekeluarga), dan Jatim Sujoto (sering kami sapa mBah Ragil).
Suami terakhir/keempat, pun tanpa anak. (mBah kakung Sastrowiryo meninggal jaman perang "Janur Kuning")

Masa jajahan Belanda, masa pendudukan Jepang, masa awal Republik Indonesia tercinta, hingga masa kini, tak menyurutkan semangat juang beliau. Meski harus mengais gabah sisa panenan, hidup dari belas kasihan saudara dan tetangga, tak juga mematikan semangat tempurnya. Trengginas dan perkasa.

Setiap tetes air mata beliau adalah syukur pada Sang Kuasa semata. Kehilangan suami-suami tercinta (maaf, beliau tidak menjalankan praktek polyandri..!!) hingga kematian anak lelakinya (bapakku tersayang) selalu melampiaskan syukur pada Sang Pencipta.


"Inyong kudu bali nang omah, ora bisa suwi-suwi nang kéné. Mengko ora ana wong sing makani pithik." Begitu selalu jawaban beliau bila para saudara mengajak beliau untuk home-stay. Satu bentuk kesetiaan yang beliau tampilkan, sebagaimana dulu, mBah Sastro memintaku untuk menuliskan Surat Yasin kedalam aksara Jawa Ho-No-Co-Ro-Ko.
"Inyong ora bisa maca Arab. Tulisken waé cara Jawané, mén gampang dongané."

mBah Sastro, Souvenir dari abad 20..!!

[tulisan ini telah dipublikasikan pada Hari Ibu 2008]

C.O.U.R.A.G.E

Kami berbaris, merapatkan jiwa nan miris..
Kami berseru lantang, menantang..
Kami adalah satu,tak terkekang waktu..
Kami berani..
(Ignatio 1208)


Bagi sebagian orang, khususnya para gadis, agak-agak jijjayy kalau harus memegang kodok & katak (tau khan bedanya??). Sudah empuk, agak basah, kotor, dan terkadang pipis sembarangan meski tak kebelet. (jadi inget Papa T. Bob; "Kebelet Pipis")
Lain halnya dengan Yohannes Theofilus Bhré Sukma Jayanagari (siapa lagi kalau bukan anakku terkasih). Selalu bangga dengan shio-nya Ular-Besi, bukannya zodiak.. (awalnya bingung antara Cancer atau Leo, akhirnya Bhré sendiri yang memutuskan untuk memilih Cancer).

"Romo, aku khan Ular-Besi, tidak suka belajar hanya maunya bermain terus."
"Bunda, Ular-Besi itu selalu jadi perhatian loh.."
"Romo, liat nih, Ular-Besi gitu loh.. tuh cewek sukanya ngeliatin aku terus.."
Butuh keberanian... untuk berucap semacam itu..

Keberanian yang jarang ada. Keberanian yang sering dilarang.
Tanpa disadari, kekangan yang dilakukan oleh sesiapa saja, biasanya seseorang atau lembaga yang merasa lebih kuat, dapat berbalik "menyerang" si pengekang. Pun segala larangan yang diberlakukan, justru menjadi steroid bagi orang-orang yang merasa dilarang melakukan sesuatu.
Berani tak dapat dipakai sebagai pembuktian semata, ketabahan juga perlu. Berani berjuang, tapi tidak tabah, hanya mengeluh dan menyalahkan, sama saja dengan penakut. Apalagi hanya bisa mencari kesalahan dan kekurangan orang lain, tanpa memiliki kebranian berbuat sesuatu. Pecundang...

Berani hidup dan tidak takut mati..!!

========================

courage n. keberanian; ketabahan. courageous adj. berani; tabah.
(Kamus Inggris-Indonesia, Oxford University Press)

27 December 2008

What a traffic!!

Kemacetan lalu lintas bukan hal yang aneh lagi bagi kota besar, maupun kota wisata pada musim liburan begini. Begitupun Yogyakarta. Lalu lintas yang sudah dijaga kewibawaannya oleh para Polantas (salut buat mereka... sudah bisa menahan diri tidak main tilang sekenanya..), menjadi semrawut karena terjangan kendaraan dari luar kota Yogyakarta, yang notabene bersopirkan orang nan bertingkah gumun sok menangan lan grusa-grusu..

Bunda Wikan, begitu anakku menyapanya, berkali-kali mensyukuri keputusan kita untuk menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi. "Dhuh.. enaknya naik sepeda motor.." selalu terdengar dari mulutnya bila kita berhasil melewati serombongan sepeda jengki yang selalu berbaris kesamping memenuhi jalanan, atau melampaui sebaris mobil di lampu bangjo, dan tentu saja ketika sepeda motor yang kami tunggangi berhasil meliuk-liuk di dalam gang kecil atau disela-sela mobil di jalanan.
Serasa jalan milik kita berdua, yang lain hanya numpang lewat..

Lain cerita ketika hujan tiba.. tanpa berani misuh-misuh, cukup meminggirkan sepeda motor kesayangan, mengambil mantel dan jas hujan, sambil menunggu sejenak kalau-kalau hujan akan segera reda. Saling berbagi dengan para peneduh, membuka obrolan bila perlu, siapa tahu bisa berbisnis bersama suatu hari kelak.
Senyaman itukah??

Ketika ada genangan air hujan, beberapa mobil dengan cueknya menerjang hingga menciprati sesiapapun disekelilingnya, tidak mau memberi kesempatan bagi sepeda motor, seolah raja jalanan. Para mobil tersebut terkadng lupa kalau Ali Topan adalah "Raja Jalanan" sesungguhnya, bersepeda motor. Membunyikan klakson bertalu-talu seakan ada keadaan emergency, membiarkan mesin bernyala ketika countdown timer di lampu bangjo masih di atas 30 detik, memberi tanda lampu sein ke kanan, padahal terus, dan masih banyak lagi "dosa" mobil-mobil di jalanan, belum terhitung pula asap knaalpot (awass..!! bagi pemilik mobil diesel, sering-seringlah untuk membawa mobilnya ke bengkel. Peringatan ini berlaku juga bagi para pengendara sepeda motor 2-Tak, asap knaalpot kalian tak hanya membunuh nyamuk demam berdarah, juga membunuh pengguna jalan lainnya.).

Oh My God, I shall take a good care upon others when driving my car, then... please help me..


24 December 2008

Kotbah Malam Natal

Semoga diantara kita pernah menikmati suasana ibadah yang sama sekali berbeda dengan suasana yang biasa kita rasakan. Maksud saya di pedesaan..
Terbiasa dengan suasana hingar-bingar, hiruk-pikuk, gembar-gembor; dan kini "menikmati" suasana nan sejuk ayem tentrem, gemah ripah, dicokoti lêmut barang..

Bukannya membedakan secara signifikan keadaan gedung gereja di kota dan di desa (kebetulan kami sekeluarga biasa mengikuti Misa di Kotabaru & Kemetiran; Malam Natal kali ini di pelosok Sleman sana, stasi St. Thomas Seyegan, paroki Medari, keuskupan agung Semarang) Di mana pun gedung gerejanya, bagaimanapun keadaan lingkungannya, selama pernyataan "sudah kami arahkan.. sudah layak dan sepantasnya" telah berkumandang di bibir, perayaan Misa harus dituntaskan hingga paripurna.

Bukan salah Pastor; bukan pula salah panitia maupun umat yang hadir bila kemudian isi kotbah menjadi "hingar-bingar" tidak karu-karuan. Bagaimana tidak "hiruk-pikuk"; Global Warming, naik-turunnya harga minyak dunia, nakalnya anggota DPR yang terhormat, sepak terjang KPK, disampaikan dalam kotbah Malam Natal yang nota-bene para umatnya sebatas lingkup stasi St. Thomas Seyegan, paroki Medari, pelosok Sleman.

Maaf. Tanpa mengecilkan arti kehadiran para umat terkasih dalam Yesus Kristus, pun tanpa mempersempit pandangan terhadap Pastor, materi kotbah semacam itu sudah sering kami lahap di televisi, koran, dan OnLine News. Sudah kenyang..
Mana anak-anak pada berlarian, orang tua pada ngegossip, panitia pun tak kalah; sibuk wira-wiri dengan dalih melayani keperluan petugas keamanan (lho, bukannya umat yang harus dilayani??)

Deus Caritas Est; ada satu sisipan cerita di kotbah yang "layak" masuk hitungan; Suatu hari, pasangan petani miskin kedatangan tamu dari jauh. Karena mereka berbelas kasihan, ditawarilah tamu itu intuk makan & minum, hingga menginap bila perlu. Tentu semua itu dilakukan dengan keikhlasan yang luar biasa, mengingat mereka juga dalam keadaan serba kekurangan.
Tiba saatnya bagi si tamu untuk pergi; sambil bersiap membuka bungkusan, tamu tersebut mengungkapkan jati dirinya kalau dia adalah Putera Mahkota kerajaan, seraya menawarkan balas jasa apa yang diinginkan pasangan petani miskin itu.
"Pangeran, dengan hadirnya Pangeran di tempat kami yang hina ini sudah merupakan hadiah terindah bagi kami." Petani menjawab dengan takzim...

Fellows, apakah kita siap menjadi "petani miskin", bersyukur demi kesempatan yang indah, ataukah kita akan meminta imbalan balas jasa..??

Biggest Provit Shares

Siapakah yang paling banyak meraup untung di masa iburan Natal?

Pengusaha mainan & parcel, penjaja kartu ucapan Natal, produsen jajanan khas Natal, hotel bintang & melati, rumah makan special B1/B2 (please send me message if you're hesitate about), penjual accesories & hiasan Natal, dan banyak lagi... para pemutar roda ekonomi.

Ada satu yang ketinggalan, dan selalu tertinggal... para anak yatim piatu, orang-orang miskin, terlantar dan tersisihkan!!!

Buat apa sampai menghabiskan biaya pesta Natal, kumpul kerabat handai taulan, pesiar ke luar negeri, gembar-gembor mendirikan posko sumbangan Natal, terlibat aktif di gereja sebagai petugas perayaan Natal, berbelanja segala hal yang berkaitan dengan Natal (sampai-sampai replika domba yang bertuliskan "Bet Lehem" pun dibeli dengan harga nan aduhai..), berdandan a'la Santa Claus, Schwarte Piet & para kurcaci, hingga menghiasi rumah dan kantor dengan segala pernik Natal; pohon terang (benderang), gua (hantu?), kandang hewan (piaraan; kucing, anjing, hamster & burung, ginger bread house, et cetera, et cetera...

Lho, eL Ha O, kok Ka O Ka...?? (terjemahannya: "Lho kok?")
Kemana para anak yatim piatu, orang-orang miskin, terlantar dan tersisihkan...??

Mereka mendapatkan "untung" berlipat-lipat, mendapat mainan & parcel, kartu ucapan Natal, jajanan khas Natal, makanan B1/B2 (wis tak kandhani, nék mboten ngertos, kirimen layang marang sliraku..), accesories & hiasan Natal, dan banyak lagi, dari "bahan bakar" roda ekonomi...
Hal-hal yang jarang, bahkan mungkin belum pernah mereka terima.. benar-benar "untung" besarrrr...

Sempatkah kau mendoakan mereka?
(meski itu hanya Amin..)

Meski tak selembar pakaianpun kau hibahkan?
(sementara kita sudah membeli lagi baju yang baru)

Walau sepeser rupiah tak berarti kau sumbangkan?
(sampai-sampai lembaran recehan turut tercuci di kantong celana)

Hingga sesaat waktu berhargamu kau berikan?
(maklum, consultant fee dihitung per-jam)



Sobat, sempatkanlah mendoakan mereka...
para anak yatim piatu, orang-orang miskin, terlantar dan tersisihkan..

Kangen Motret

Seketika kerinduan itu datang..
Merayu-rayu jauh ke dalam sanubari..
Sebagaimana waktu yang terentang..
Mendayu-dayu mengenangkan hari..
(Ignatio 1208)


Nêmbé kêrasa... wis suwé aku ora motréti wong-wong nang dalan, motréti kahanan kutho, motréti kanca-kanca sing pada cengéngésan. Nganthi lali karo pakulinanku dhéwé, photo hunting.
mBiyén, ora ana bosên-bosêné mubeng-mubeng nggoléki apa waé sing bisa dipotréti, ngrumangsani dadi saluran mripat lan nyêritakaké apa-apa waé sing ditemu nang dalan mau; Pak Bécak, mBok Bakul Loompia, Lik Pikul Goni, Mas Juru Parkir, Dhik Lopêr Koran, mBak SPG Toko.
Sapa-sapa waé...

Ngresiki body Yashica FX-2000, ngêlapi lensa Tokina 80-200 sepisan karo kumpulan filter lan holder Cokin. Ora klalén, mbongkar-pasang tripod lan monopod, mbukak-tutup reflektor lan nyoba-nyoba fill-in flash, cable release & cable synchronizer.

Nêmbé kêrasa kélangan...

mBiyén dibélani tangi mruput, ora nganggo adhus, sarapan sak kecêkelé mén bisa enthuk gambar sing apik. ngGuwang-guwang roll film, ngenték-entéki dhuwit kanggo ukara sing bisa muspra, asal bisa motrét sing luwih apik.
ngRasa deg-degan karo hasilé motréti, iyo nek dadi apik, nek kobong kabéh piye..??
nJéréngi celluloid nang srêngéngé utawa lampu sing padhang, ben bisa milih frame sing arep dicetak, ati-ati... banget.

Nêmbé kêrasa kangen..

Mugi Gusti paringi kêsabaran tuwin kêkiyatan dumatêng kula, uga bisa sagêt mlampah malih datêng margi, "nangkapi" punapa mawon ingkang ketingal mripat. Nyingkabi prakara ingkang saé, mbotên nyuwara sing ala.

Sadar Hukum

Salah satu cerita kesukaan Ronald Reagan, mantan presiden US, adalah kisah kecelakaan mobil yang dikendarai oleh seorang pengacara versus mobil yang disopiri oleh seorang petani.

Seketika tabrakan terjadi, si petani segera mengambil sebotol rhum yang ada di kotak makannya,dan bergegas menemui si pengacara yang terkapar di mobilnya.

"Pak anda tampak pucat. Teguklah sedikit rhum ini, untuk menghilangkan kegelisahan Bapak." Saran petani. Sang pengacara minum beberap tegukan.

"Wah, Bapak masih kelihatan pucat dan tegang. Minumlah lagi." Tawar si petani lagi.
Pengacara tersebut kembali meminumnya, dan kemudian merasa lega, seolah lepas beban di pundaknya. Khawatir dianggap tidak sopan, si pengacara menawarkan petani untuk bersama-sama menikmati rhum.

"Maaf, Pak. Kemarin dulu saya sudah mencicipi, lagipula saya tidak memerlukannya saat ini. Karena saya sedang menunggu tibanya polisi lalu lintas." Jawab petani mantap.

Di kejauhan, terdengar suara sirine mobil patroli Polantas, dan semakin mendekat...


(Y. Sumantri Hp. SJ, Angin Barat Angin Timur, 1996, ISBN: 979-497-707-1)



HIKMAH: Bawalah juga sebotol rhum atau whisky sebagai pelengkat SIM & STNK

ARROGANT

Kenapa pula kata “arogan” sampai ada di kamus?
Bukankah kata itu berkonotasi negatif?
Seandainya ku mampu mengubah dunia, sudah pasti kata itu akan kuhapus. Dari kamus, dari pembicaraan-pembicaraan tingakt internasional hingga rumah tangga, dari benak setiap orang.

Terkadang tanpa disadari, seseorang telah berlaku arogan terhadap sesamanya. Sudah pasti melukai perasaan si korban yang bingung, tanpa sebab ter-zolim-i (kok jadi mirip-mirip Musollini?). Tak ada takaran yang pasti, batas ke-arogan-an sesorang. Yang bisa merasakan sudah pasti hanya lingkungan sekitarnya, dan tentu saja batasan etika yang berlaku dalam kultur tertentu.

Ketika sang Raja "mendongakkan" (spoiler alert: awas permainan kata!) kepala, sambil melirik sinis ke arah rakyat jelata, bagi warga pendatang dan orang bukan penduduk kerajaan berarti Raja yang arogan. Lain halnya pendapat para hamba sahaya dan kaum sudra, perbuatan itu hanyalah "menengadahkan" kepala, suatu hak yang dimiliki Raja, sebuah pernyataan status.

Bagaimana bila yang "menengadahkan" kepala itu pejabat atau pimpinan atau komandan atau ketua suatu struktur kelembagaan? Masih adakah yang menganggap perbuatan tersebut sebagai "hak"? Sebuah pernyataan status?

Betapa JRR Tolkien memutar balikkan kata "you-know-what" menjadi karakter yang penuh kerendahan hati. Aragorn. The King or Gondor, the heir of Isildur, the Narsil bearer. Lord of the Ring (bukan RingLord - Pen.) memberikan pelajaran yang sangat gamblang, Good versus Evil. Menjadikan karakter Aragorn sesosok "makhluk sempurna". Menjalani panggilannya sebagai ranger dengan identitas Strider, sosok terendah di kasta ksatria, hingga menjadi King of Gondor, hak asasinya.

Kenapa pula kata “arogan” sampai ada di kamus? Sudah pasti bukan kerjaan JRR Tolkien, karena beliau bergabung sebagai tim penyusun kamus di Oxford University Press ketika telah sampai huruf W.
Mungkin memang nama itu yang dipilih sebagai penyeimbang sebuah arogansi kekuasaan.

I wish my name is Aragorn.

Peace Bearer's Pray

Tuhan, jadikanlah daku pembawa damai.

Bila terjadi kebencian; entah kepada sesama, kawan maupun lawanku,
Jadikanlah aku pembawa cintakasih; tanpa pamrih, tanpa batas.

Bila terjadi penghinaan; terhadap ciptaanMu,
Jadikanlah aku pembawa pengampunan; tanpa syarat.

Bila terjadi perselisihan; baik pikiran, perkataan maupun perbuatan,
Jadikanlah aku pembawa kerukunan; secara sengaja, secara sadar.

Bila terjadi kebimbangan; sebuah keputusan maupun beberapa pertimbangan,
Jadikanlah aku pembawa kepastian; menyuarakan keyakinan.

Bila terjadi kesesatan; arah pikiran dan akal budi,
Jadikanlah aku pembawa kebenaran; meski tak sejati, sebagaimana diriMu.

Bila terjadi kecemasan; akan hari ini, hari esok, hingga lusa nanti,
Jadikanlah aku pembawa harapan; semangat dan dukungan.

Bila terjadi kesedihan; tanpa secuilpun kesukaan di sana,
Jadikanlah aku sumber kegembiraan; penuh keceriaan dalam suka.

Bila terjadi kegelapan; di atas bumi maupun di dalam hati,
Jadikanlah aku pembawa terang; dari haribaan para Kudus.

Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai; melayani tanpa minta dilayani, menyentuh penuh cinta tanpa minta disentuh, menghadirkan saat-saat berkesan tanpa minta disediakan waktu khusus.
Sebab dengan memberi kami menerima, dengan mengampuni kami diampuni, dengan mati suci kami bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya; berkarya sebagai alatMu, bertunas selayaknya benihMu, berbuah demi kemuliaanMu.
Amin.

“qui manducat meam carnem et bibit meum sanguinem in me manet et ego in illo” Giovanni.6:56

(taken from Madah Bhakti)

Pit-Pitan

Heran dehh... wong namanya fietsj kok dibilang pit... sesingkat itu...

Hanya karena lidah Tiang Jawi yang tidak biasa bermain-main di multilanguage jadinya kagok dan bingung melafalkannya..

Suatu kegiatan yang menggunakan sepeda (kayuh) bersama teman-teman (atau, bersama-sama teman?), kloyong-kloyong dalam keceriaan. Bisa pagi hari ke perbukitan, menyusur keramaian sepanjang sisi kota atau hanya sekedar mibeng-mibeng desa, jajah milangkori.
Kemanapun, apapun merek "kereta angin", dengan siapapun, tetaplah, pit-pitan menjadi sebuah sarana silaturahmi dan kebugaran badan yang cukup murah, meriah dan tentu saja sangat "Go Green!"

Wasser!

Akankah mendung itu menjadi hujan? Ataukah dia hanya menggantung tanpa arah, menaungi bumi dari teriknya mentari.

Sebuah proses alami, menguapnya air, berkumpul di lapisan stratosfer dalam bentuk partikel-partikel kecil, ion kata para pakar kimia, kemudian berubah menjadi kristal air, H2O, setidaknya begitu komposisi awalnya, meski terkadang ada pula unsur kimiawi lain yang turut serta. Terdorong oleh angin, terdesak oleh tekanan udara, termampatkan oleh keadaan. Sirrus & Cumulus-Nimbus; contoh hasil proses alami.
Seketika mereka jenuh, telah cukup waktu untuk bersekutu, saatnya telah tiba menghampiri sang bumi. Embun, Kremun, Gerimis, Hujan hingga Badai..
Puncak pegunungan, lembah dan ngarai, pepohonan serta padang sabana, pasir hingga bebatuan. Landasan keras dan lembut, hanya bisa menerima dengan pasrah, kedatangannya..

--- --- ---

Pada hakekatnya, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah, berbentuk seperti tempat yang diisi, berwarna sebagaimana pantulan cahaya dan warna disekitarnya. Terkadang air menjadi sangat dingin, hngga membeku. Terkadang juga panas menggelegak, meronta-ronta melepaskan unsur udara dari dalamnya.

Manusia yang katanya 80% berunsurkan air, selayaknya berlaku laksana air. Menjunjung tinggi hakekatnya. Membiarkan hidup mengalir, melepaskan ego ke tempat paling rendah. Merubah perilaku dan perbuatan sebagaimana lingkungan sekitarnya, mencirikan corak dan ragam kehidupan seputarnya. Tenang tanpa harus menderu, mengalirkan arus yang tak terlihat, bersikap. Bersemangat ketika suasana menghangat, menyuarakan isi nurani tanpa mengkhianatinya. Konon, isi nurani dapat terlihat, bukankah nurani adalah cahaya mata? Jendela jiwa? (Nur=Cahaya, Aini=Mata)

Wasser n (-s;O)air;Gewässer perairan; Kölnisch ~ air kelonyo(r); et. fällt ins ~, ugs. sst. dibatalkan/batal; das ~ steht j-m bis zum Hals sso. berada dl. kesulitan (keuangan) yg. mencekik; mit allen ~n gewaschen sein lihai/licik sekali; ~ lassen buang air kecil, kencing.
(Kamus Jerman Indonesia, Adolf Heuken SJ, GM.214.87.160)


"pax vobis, sicut misit me Pater, et Ego mitto vos" J.20:21

H.O.P.E.

Seyegan, 05 November 2008 jam 10:06
Beribu kata yang mampir di kepalaku pagi ini. Tanda-tanda kemenangan Barrack Obama, putusnya Prince Zuko dengan pacarnya, kecelakaan bis di India, kasus pelecehan dosen UI (Mr. TN) terhadap mahasiswi; termasuk telepon dari seseorang yang mengaku mengenalku meski tak kukenal, Melati (disamarkan demi privacy yang bersangkutan-Red.).

Hallo, ini benar Farano? (ada keraguan di sana) Aku Melati. (sambil terbata-bata)
Ini Farano yang dulu di AMPTA khan? (penuh tanya, penuh bimbang)
Kamu pasti gak ingat lagi siapa aku. Aku seangkatan sama kamu. Aku ingat kamu kok.
(memberi penegasan penuh harap)
Aku butuh bantuanmu. Di tempat kerjamu ada lowongan, nggak? Aku sudah pernah melamar di Radisson tapi nggak ada jawaban. (sudah lebih tenang, rupanya)
Oh iya, betul, Jogjakarta Plaza. Tahun 2001 sih. (lama bener.?? Sampé ganti nama..)
Dulu pernah sih jadi casual di Ambarrukmo, tapi ya itu, bubar. Aku waitress gitu, di Coffee-Shop. (here come the reference)
Aku pernah ke kampus, trus ketemu Jacky, ingat khan yang tinggi itu? Dia khan jadi staff kampus sekarang. Kata dia coba tanya Farano, biasanya banyak lowongan dia tahu. (grrr..how dare you, Jacky.!!) Pak Santosa juga bilang, coba ke Farano, pasti mau bantu. (OMG, OMG, OMG...) ... ... ...

Terkadang ketika kita merasa hopeless, terbersit sesuatu di benak yang menyemangati. Di kala kita sedang merasa useless, hadir sebuah fragmen di balik jendela mobil dan kaca spion motor kita, betapa kerasnya perjuangan tukang becak, tukang sol sepatu, tukang payung dan para tuan tukang lainnya membuktikan betapa bergunanya mereka. Sewaktu kita merasa sebagai “orang termiskin di dunia”, terdengan khabar bahwa masih ada orang yang hidup secara nomaden di tengah kota besar, menumpang di tempat kumuh, dan mampu membuktikan bila ia berguna bagi sesama dan hidup dengan harapan menggunung, penuh semangat.
“Wang sinawang..” masih berlaku.

Melati datang pagi ini di telingaku, merasuk hingga kedalam otakku, mengusik sanubariku, menggoyahkan hati nuraniku. Sesuatu harus kuperbuat, demi kepercayaan Pak Santosa (dosen, Dekan) terhadapku, demi keyakinan Jacky (staff kampus, teman kuliah) terhadapku, demi pengharapan Melati yang besar terhadapku.
Masih banyak Melati, Dahlia, Cempaka, Kamboja, Jati, Sonokeling, Mahoni dan Trembesi yang harus dibantu. Meski hanya sedikit keterangan dan harap bagi mereka, tentu juga doa yang berlimpah bagi mereka.

Melati telah empat hari mencariku, tanpa lelah, terus berusaha, mencoba segala cara..

--- --- ---

hope n, 1. harapan; kepercayaan; keyakinan. 2. penyebab dari harapan; pengharapan; orang, dsb yg diharapkan. v.t. & i. mengharap(kan); berharap: to ~ for something mengharap(kan) sesuatu. ~ful adj. berharap; memberi harapan. ~fully adv. dng penuh harapan. ~less adj. tidak ada harapan; tidak memberikan harapan.
(Kamus Inggris – Indonesia, Oxford University Press, ISBN 0-19-581609-9)

H.O.P.E. : Help Others, Peace Emerge. (Ignatio, 1108)

T.E.A.M.

Ketika dirimu tak lagi mampu berbuat sesuatu, diam sajalah, tak perlu kau ikut berbicara.
Nikmatilah hasil karya orang lain, bisa sahabatmu, mungkin pula pesaingmu.
Jadilah penonton yang setia, tanpa perlu memberikan komentar tak guna.
Bila engkau tak berkenan, berbuatlah sesuatu, jangan diam saja.."

(Ignatio, 1008)

What do we know about team?

Some say, work hard, play hard, together. Others thought, one for all, and all for one. Else would decide, one boss many sub-ordinate within one mission to reach same vision. Whatever...
It would be dificult when we apply same standard upon different teams. Since the mission itself would not through the same direction so does their visions are far from others destination. Yet, people always find the best man for their team, the tough-smart-perfect-strong-confindenced-good-obey person. Always at the same character. What an utopia.

Have you ever read about Shogun? They’re all good men, taking care their subordinate, keep their heir in the right vision, maintain their territory, guard their border closely, and of course, train their soldier at the scheduled time, more often when about to strike or conquer other territories. Shogun’s soldiers are; Lance-man, Sword-man, Arrow-man, Cavalry-man, Scouts and domestic servant; guard, butler, artist, cook, housekeeper. (Early Japan, Jonathan N. Leonard, 1979)
Every unit has a special duty, due to their speciality, Lance will hold horses approach, Sword/Samurai & Katana usefull in close fight, Arrow might hit the far targets, Cavalry as “big-hitter” to end the battle, and so on..

Anyway, team will always be a team, when it falling down on certain team member’s interest, we might say they are not in a team anymore. For me, team suppose became TEAM-TEAM, not just team.

To Enhanced Approriate Measure - Top-End All Manage.

Sabda Sang Nabi

Al Mustafa, Sang Nabi bersabda:
"Kalian bekerja agar dapat seiring dengan langkah dunia, serta langkah-langkah alam raya."

"Ketika bekerja, kalian bagaikan sepucuk seruling yang menjadi jalan bagi bisikan waktu untuk menjelma menjadi lagu. Siapakah yang mau menjadi ilalang dungu nan bisu, ketika semesta raya melagukan tembang kemenangan?"



"Walau orang berkata bahwa kerja adalah kutukan, dan kesusahan adalah nasib yang tak terusikan, Aku berpendapat bahwa ketika bekerja, kalian sedang memenuhi puncak-puncak impian jagad raya, yang akan dianugerahkan kepada para pekerja keras saat semua mimpi itu terwujud. Dengan menyibukkan diri dalam kerja, demikianlah kalian mencintai kehidupan itu sendiri.Mencintai kehidupan melalui kerja, adalah menyelami rahasia hidup terdalam."

"Meski orang berujar bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam keletihan kalian selalu menirukan segala ucapan orang yang kelelahan. Benar adanya bila tanpa hasrat, keinginan dan impian, hidup adalah kegelapan. Semua hasrat, keinginan dan impian adalah buta, jika tidak disertai pula dengan pengetahuan. Sementara pengetahuan sendiri hanya akan berujung pada kekosongan semata, bila tak kau amalkan, tak kau bagikan kepada sesama, tak kau wujudkan dalam kerja."

"Setiap pekerjaan adalah kesia-siaan bila tiada cinta di dalamnya. Bekerja dengan cinta, saat kontempasi diri sendiri, bersatunya jiwa dan ragamu sendiri, menjadi dirimu seutuhnya, bersatu dengan orang dan lingkungan sekitarmu, bersatu dengan Sang Khalik, Sang Maha.."

"Angin tidak lebih syahdu ketika berlarian disela pepohonan raksasa dalam hutan nan lebat, pun ketika berayun lembut di sela rerumputan padang sabana. Kerja adalah cinta yang terwujudkan. Ketika kalian merasa bahwa kerja dalah suatu keterpaksaan dan tiada cinta didalamnya, tinggalkanlah, bersesaklah di depan pintu peribadatan, menistakan diri dan meminta-minta dari mereka yang lalu lalang disana, para pekerja yang beribadah dalam kerja dengan penuh cinta, penuh keriangan, penuh suka cita."


(tribute to "HEY...!" by KLa Project)

I was there!

Tak terbayangkan kala itu di benak anak kelas 3 SD, pindah dari kota besar (Manado) menuju pulau terpencil di pelosok Maluku, Dobo.
Sambil mencari-cari referensi tentang Dobo di atlas dan peta, sayang tak tersedia, malah nemu di peta tua terbitan tahun 1953 (I still keep that..:P was belong to my grandpa Kembi Moniaga) berbahasa Belanda. "Zo medelijden, vond ik het bij buitenlandse kaart."

Cancut tali wondo, katut keturut.. orang tua; FX Sri Waluyo Djati, menerima tantangan perusahaannya untuk menjabat di daerah "tak terpetakan" (kecuali di peta buatan Belanda tahun 1953), meski berhari-hari untuk menuju kesana, meski membawa kami sekeluarga yang sangat ribet, meski merelakan segala "kemewahan" kota besar, demi karier yang tiga level di atasnya (pilihan terakhir perusahaan pada beliau, hanya karena yang lain tak sudi kehilangan kemapanan)
Dari Manado menumpang pesawat Cessna menuju Ambon via Ternate. Dari Ambon menumpang pesawat Cassa menuju Tual via Bandaneira. Dari Tual menumpang kapal PELNI kelas Perintis menuju Dobo.
A lot of memories left behind, I shall rediscover them all.. someday!

http://www.answers.com/topic/aru-islands

Sunset

Tanpa bermaksud sentimentil ataupun menonjolkan ke-melancholi-an..

Bhre & Bunda, sunset at Parangtritis.


Langit sore mengiringi sang mentari yang akan berpulang ke haribaan bumi. Langit sore semacam langit di bumi Majapahit, mengiringi kemenangan Bekel Gajah Mada dan para Bayangkara atas keburukkan siasat para Wenehsuka; Ra Kuti, Ra Tanca, Ra Banyak..

Masih dia membara, meski jelas telah paripurna tugasnya sepanjang hari ini; membangunkan Kinanthi untuk berkokok dengan semburat fajar nan merdu, menemani keceriaan para tunas bangsa menuju bangku sekolah, membantu para pahlawan berkubang lumpur yang sedang menantikan keringnya bulir gabah hasil panen, mengeringkan cucian seisi jagad raya yang akan segera disetrika, mengisi solar-cell dengan daya linuwih Sang Pencipta untuk dirubah menjadi jutaan volt demi penerangan dan kesejahteraan umat manusia, tak lupa menerangi sisi-sisi gelap di bawah naungan rain-forest bagi para perambah hutan..

Masih dia membara, hingga pixel terakhirnya, meninggalkan jejak merah merona, ataukah jingga?
Aku terdiam. Seakan dicubit oleh Gusti Ingkang Murbeing Jagad, alam raya selalu memberi kita contoh, bagaimana menghadapi hidup, bagaimana menjalani hidup, bagaimana memaknai hidup, bagaimana mensyukuri hidup.

Masih dia membara, mengingatkanku, "Teruslah bersinar, hingga saat kau lenyap. Sisakanlah rona warnamu bagi dunia, beri mereka harap akan hadirmu esok."

Sang Srengenge Surya Baskara kini telah tertidur, pulas dalam dekapan Ibu Pertiwi. Benarkah dia tidur?
Mentari si Bola Api, menyusun kekuatannya, untuk kembali bersinar, melanjutkan tugas kesehariannya esok hari. Demi kita umat manusia..



"..one united world, under GOD.."

Tribute to WS Rendra

Adakah hari berlalu tanpa angin?
Ataukah tanpa semburat cahaya, yang kadang menyakitkan mata?

Paman Doblang dan Atmo Karpo, dua insan terpinggirkan..
Tanpa kehangatan cinta, tanpa kesejukan kasih, tanpa kesadaran diri..
Menjadi berbeda hanya karena memegang prinsip dogmatis semata.

Kenyataan harus dikhabarkan, meski itu perih.
Keberanian menjadi matahari membutuhkan kesabaran bagai bumi.
Jadilah cakrawala jiwa-jiwa tersesat, berjuang bersama mereka.
Karena perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata..

Biarlah, berlalu bersama angin..