21 October 2009

Palèrènan XII : Gusti Yesus Seda

Tanpa berusaha merasakan siksa, Yesus menguatkan hatiNya demi mendengar pembicaraan kedua orang yang disalib bersamaNya. Suasana yan tegang dengan angin yang menderu-deru, mengiringi para serdadu yang membereskan peralatan mereka.

"Hai, kamu..!! Kamukah itu si Yesus orang Galilea yang katanya mampu menyembuhkan orang sakit?" Zared, si tersalib menanyakan Yesus. Dia diam. "Hai, bisu..!! Mana pasukan dari kerajaanmu? Katanya kamu Kristus, Raja orang Yahudi.. buktinya kamu justru disalibkan mereka..ha..ha.ha..." "Zared..!! Sudahlah.. menjelang ajalpun kamu masih belum bertobat." hardik Laban, si tersalib satunya. "Kita memang pantas seperti ini, karena tak pernah sekalipun kita menyenangkan hati orang lain.."
"Ahh.. Laban, kau lupa, si Lillah, dia selalu senang pada kita.. apalagi setiap kali kita datang membawa hadiah untuknya. Kau lupa?"
Laban menundukkan kepalanya, mengingat-ingat banyak kejadian diantara mereka. "Zared..!! Lillah itu pelacurmu..!! Dan aku tak ikut-ikut persoalanmu.."

Dari kejauhan, tiga pemuda dari Bet Lehem, mengawasi cemas keadaan Yesus. Juga tampak di dekat mereka, Stefanus dan Simon, kepala rombongan murid dari Kirene, beserta Alexander dan Rufus, anaknya. Yohannes melihat kesempatan baik, seiring berlalunya para serdadu dari arena penyaliban. Yohannes memberanikan diri mengajak serta Maria Bunda Yesus, Maria Klopas, dan Maria dari Magdala lebih mendekat ke arah Yesus.
"Aku haus."
ujar Yesus. Yohannes kebingungan, tak kuasa menolong. Para serdadu yang mendengar, hanya melengos dan tersenyum sinis padaNya. Seketika dari kerumunan masa, Thomas yang disebut Didimus atau si kembar, karena begitu miripnya dengan Yesus, datang bergegas seakan tahu apa yang dikehendakiNya.

Setelah ada sedikit perbincangan dengan para serdadu, Thomas pun segera berlalu, sambil menitipkan pasu kepada para serdadu. Hexion, mengambil busa karang, kemudian menyiraminya dengan cairan dari pasu yang dititipkan oleh Thomas. Mencocokkannya ke ujung tombak, kemudian menyodorkan ke mulut Yesus. Satu dua teguk, kini telah diserap Yesus untuk membasahi kerongkonganNya. "Septus, gila Yesus ini.. anggur masam bercampur cuka masih diminumnya.. ha..ha.ha..." ujar Hexion setelah mencicipi cairan dari pasu Thomas.
Simon Petrus dan Yakobus, saudara sepupuan yang berdiri di seberang arena, bergegas mengejar Thomas. Masih heranlah mereka, bila Thomas bisa berlalu tanpa beban. Berjalan cepat, berlari kecil, dan langkah mereka terhenti ketika mendapati bahwa Thomas bersama Yusuf Arimatea dan Nicodemus, orang-orang penting di kalangan Farisi dan Saduki, orang-orang yang bersimpati pada Yesus.

Dalam kesakitanNya, Yesus tersenyum melihat semua kejadian dari atas kayu salib. Sambil menatap dalam mata Maria ibuNya, Yesus bersabda, "Ibu, inilah Anakmu. Anak yang kau lahirkan dan kau besarkan. Kini tergantung Aku di sini." Sambil melirik ke arah Yohannes, Yesus menunjuk ke arahnya dengan ujung hidungNya, sambil bersabda "Ibu, Inilah anakmu kini. Anak yang akan meminta pertolonganmu dan memujamu sepanjang waktu."
Maria Bunda Yesus terisak. Nanar Yesus menatap dalam mata Yohannes kini, penuh ketegasan, menunjukkan Maria BundaNya dengan ujung hidungnya, "Inilah ibumu." Yohannes terkesiap, semakin teguhlah hatinya.

Waktu sudah semakin sore, panas terik kini berganti dengan mendung bergulung-gulung dan petir menyambar, satu dua kali. Cuaca yang tadinya cerah menjadi kelam menakutkan. "Consummatum est."[Sudah selesai] seru Yesus dengan lantangnya.
Bumi tak kuasa melawan kekuatan Ilahi, terjadilah gempa dan angin ribut. Koyaklah tirai Bait Allah. Datanglah badai menerpa. Kerumunan masa, dan para serdadu menjadi kocar-kacir tak karuan.

Centurion Severus menggigil, belum pernah ia merasakan hal sedemikian dashyatnya "vere Dei Filius erat iste.."[Sungguh, Ia ini Anak Allah] gumamnya.

No comments:

Post a Comment